January 21, 2013

Keringat untuk Big Bang

Seperti yang udah gue bilang di post sebelumnya, gue akan mulai ngeposting tugas-tugas gue di sini. 

Sekarang gue bakal posting tugas Penulisan Berita di Oktober lalu. Pada tugas ini kita diharuskan menulis feature/soft news tentang apa pun. Berhubung gue baru aja nonton Big Bang beberapa hari sebelum deadline tugas ini. Gue akhirnya nulis tentang perjuangan ngantri sebelum masuk ke stadium. 

Ternyata... Dosen Penulisan Berita gue juga ngeliput konser Big Bang untuk surat kabar tempat dia kerja .______. 

Setelah dia ngoreksi tugas gue ini, katanya, harusnya gue nulis tentang konsernya aja dari awal sampai akhir. Tapi tapi tapi... Gue pengennya nulis tentang kesusahan dan kerja keras para fans selama nunggu di luar panas-panasan. Hahaha

Mari... 

 +++

Keringat untuk Big Bang

Teriakan penonton menambah panas suasana di luar Mata Elang International Stadium (MEIS), Ancol siang itu. Semua meneriakan hal yang sama, ‘panas’,  ‘buka’, dan ‘nggak profesional’. Panitia tidak menggubris teriakan-teriakan penonton, saat beberapa orang terjatuh pingsan, barulah mereka bergerak.

Hari itu, Sabtu 13 Oktober 2012, salah satu boyband asal negeri ginseng, Big Bang, datang ke Indonesia untuk menyelenggarakan konser promo album baru mereka. 

Memang benar orang bilang, ‘demi yang dicinta, kita rela melakukan hal apa saja’. Itulah yang terjadi pada para penonton yang datang. Jumlah uang yang tidak sedikit mereka keluarkan, beberapa rela membeli dari calo dengan harga yang lebih mahal karena kehabisan tiket. Penonton tak hanya datang dari Jakarta, banyak dari mereka rela jauh-jauh datang dari Bogor, Surabaya, Palembang, Bali, dan sebagainya demi menonton Big Bang.

Teriknya matahari tidak melunturkan semangat para VIP, begitu fans Big Bang biasa disebut. Gate dibuka pukul 18.00, namun sebagian besar dari mereka datang sejak pagi. Penonton yang datang terpagi adalah pukul 04.00, saat matahari pun belum muncul. 

Panas, haus, lapar, pegal, semua terasa. Lebih dari 12 jam menunggu di luar gedung MEIS dan duduk di hamparan pasir panas yang terpanggang matahari bukanlah hal yang menyenangkan. Payung warna warni terbuka untuk menutupi sengatan matahari. Di tengah panas, ada saja orang-orang yang memanfaatkan situasi dengan menjual payung seharga Rp. 50.000, walaupun tak sampai satu jam, payung itu sudah terbalik terkena kencangnya angin pantai.

Sekitar pukul 13.00, di saat sedang duduk menunggu, tiba-tiba para penonton bangun dari duduk dan dengan heboh berlarian ke depan, pasir berterbangan seiring dengan derapan kaki orang-orang. Tidak jelas siapa yang pertama kali berdiri dan berlari ke arah depan, namun tak ada hal yang terjadi setelah semua penonton berdiri. Penonton menggerutu karena ternyata tidak ada apa-apa. Hal lucu terjadi ketika beberapa VIP yang datang dari Surabaya mengoceh kesal dengan logat Jawa yang sangat kental, mereka marah-marah mengenai koordinasi panitia yang tidak baik.

Kemana semua panitia? Banyak yang menanyakan hal itu di tengah memuncaknya emosi. Antrian kacau, tidak adanya panitia disekitar lokasi antrian menambah kacau suasana, banyak sekali penonton yang tidak sabar dan menyelak antrian. Teriakan penuh amarah terdengar dari penonton yang telah mengantri lebih dulu. Beberapa panitia terlihat di luar garis antrian, tak melakukan apa-apa, hanya asyik merokok dan minum cola.

Semakin siang, semakin panas, emosi pun naik. Penonton mulai berteriak-teriak dari antrian, tetapi percuma, panitia sama sekali tidak memerdulikan. Ketika badan tak lagi menahan rasa lelah, satu penonton pingsan, namun tidak ada panitia disekitar, sehingga perlu teriakan lantang dari banyak penonton hingga keamanan menghampiri korban. 

Mulai dari situ, beberapa penonton bertumbangan. Oksigen yang kurang karena padatnya antrian, juga dehidrasi adalah penyebab utama mereka tumbang. Keringat mengucur deras, rambut acak-acakan terasa gatal karena pasir yang berterbangan menempel di rambut, muka kucel, dan bau matahari tercium dari tubuh, hal-hal tersebut membuat keluhan semakin keras terdengar. Teriakan ‘buka, buka, buka’ terus terdengar dari berbagai penjuru antrian.

Panitia mulai melakukan sesuatu pada pukul 14.00, seperenam dari VIP di barisan depan diizinkan masuk ke dalam gedung, namun sisanya diminta untuk duduk dan menunggu instruksi selanjutnya. Hal itu tidak menyelesaikan masalah karena sisa penonton tidak diberi kejelasan kapan kita bisa masuk seperti mereka yang telah berada di dalam. Makian kotor mulai keluar dari mulu beberapa orang yang sudah tak sabar menunggu. 

Akhirnya, raungan kemarahan sisa VIP di luar gedung terjawab ketika mereka diizinkan untuk masuk dan duduk di tangga luar gedung, itu pun tidak semua, setengah dari mereka masih mengantri berdiri di luar. 

Pukul 16.00 kondisi mulai terkendali karena matahari tak lagi membakar tubuh, namun VIP masih harus menunggu dua jam lagi sampai diizinkan masuk ke area konser setelah menunjukan tiket. Menunggu dan sabar, dua kata itulah yang menjadi santapan pada hari itu.

Ketika matahari terbenam, barulah panitia mengatur penonton untuk masuk ke area konser. Wajah semua VIP terlihat kembali cerah, dengan senyum di wajah yang sudah lelah, mereka berlari kecil masuk ke dalam area konser diselenggarakan. 

Semua rasa lelah terbayar ketika jam menunjukan angka delapan dan Big Bang berjalan memasuki panggung dengan teriakan lantang, ‘Hello Indonesia!’

+++

Begitulah...

Any comment or criticism? :D

No comments:

Post a Comment