January 26, 2013

Eksistensi K-Pop di Indonesia Menurun

Oke. Jadi, gue baru tau kalo PBMC adalah kepanjangan dari Penulisan Berita Media Cetak sehari sebelum UAS. Entahlah selama 6 bulan semester 3 ini gue ngapain aja .___.

Nah, UAS matkul ini berjenis take home test, kita ditugaskan untuk nulis hard news tentang current issue. Isi berita minimal 500 kata. Kita wajib wawancara minimal dua orang narasumber yang kompeten. Boleh ketemu langsung, via telepon, atau via email. Hasilnya dikumpul dalam bentuk print out dan diserahkan pas UAS PBMC yang kebetulan ada di hari pertama UAS. 

Entah deh ini kebetulan atau gimana, tapi di hari pertama UAS itu, jadwal anak Jurnalistik agak nyebelin, karena dua matkul UAS hari itu keduanya take home test, yang artinya, kita cuma dateng untuk ngumpul tugas dan tanda tangan.

Oke, lanjut...

Dosen gue, Pak Ambang, mewajibkan kita kerja berdua supaya lebih ringan pengerjaannya. Gue sekelompok sama Atler, cowok asal Manado yang demen SNSD. 

Gue dan Atler sama-sama suka K-Pop, jadi kita memutuskan untuk nulis berita yang ada kaitannya dengan K-Pop. Awalnya, kita mau nulis tentang konser Mubank yang Maret nanti bakal digelar di Jakarta, kita mau ngefokusin tentang maraknya calo dadakan yang maunya disebut agen, bukan calo.

Tapi setelah konsultasi sama Pak Ambang, dia menganjurkan kalo ngebahas tentang fenomena K-Pop di Indonesia akan lebih bagus daripada tentang pencaloan. 

Okelah. 

Kita dapet kontak satu pengamat budaya dan satu pengamat musik. Gue dan Atler pun bagi tugas,  gue ngontak si pengamat musik, dia ngontak pengamat budaya.

Hasilnya nihil. Dua-duanya gak bisa ditelpon -_____-

Gue dan Atler mulai panik karena deadline makin deket. Susahnya lagi, Atler tuh lagi di Manado, jadinya komunikasi kita terhambat karena gak bisa ketemu untuk diskusi langsung. 

Otak gue biasanya emang tiba-tiba suka jadi lancar kalo dalam keadaan kepepet. Saat deadline tinggal seminggu lagi, ilham menghampiri gue. Kenapa gak wawancara salah satu anggota komunitas Korea yang ternama aja? Kan gampang tinggal ngetweet ke mereka untuk minta izin wawancara via email

Trus gue langsung dapet ide lagi, gue pun dengan kecepatan kilat nge-bbm si Atler. Gue bilang ke dia untuk wawancara dosen Sosiologi Komunikasi Massa kita yang memang familiar dengan topik kita dan biasa ngasih pernyataan ke media. Gue dan Atler pun ngebut melakukan bagian masing-masing.

Fyuuuhhh!

Semuanya lancar. Sekarang tinggal gimana caranya kita nyusun berita. Kita mulai nulis 2 hari sebelum deadline. Ngebut!

Akhirnya, Atler nulis sekitar 235 kata karena dia stuck sampe situ, trus dia email ke gue untuk gue lanjutin. Ketika gue ngelanjutin, gue stuck di 400-an kata. Gue kirim lagi ke Atler. Begitu seterusnya, kita saling ngelengkapin dan ngoreksi berita yang kita buat melalui email

Selesailah 507 kata di hari Minggu malam, besoknya udah UAS PBMC. Gue dan Atler sama-sama sangat puas dengan hasilnya. Untungnya, gaya nulis gue dan Atler mirip, jadinya gue gampang-gampang aja nulis bareng dia. Tugas nyetak ada di gue karena Atler gak ada alat print di dorm.

Atler dengan indahnya nyuruh gue nyari gambar SNSD untuk berita kami, gue gak mau karena gue maunya gambar Big Bang. Ujung-ujungnya gue nyari gambar yang ada beberapa artis K-Pop di dalemnya supaya adil.

Daaaannnnn.... Kemarin Atler bbm gue, "Tan, tadi gue ketemu Pak Ambang, kita dapet A!!!" Disertai dengan emot joget-joget. 

HUWAAAAAAA! Senengnyaaaaaa! Soalnya gue gak berharap dapet A karena UTS gue cuma B (pesimis).

Perjuangan gue dan Atler gak sia-sia... Muahahaha

Ini dia tugas PBMC gue dan Atler... ^o^

+++

EKSISTENSI K-POP DI INDONESIA MENURUN


Sumber gambar: koreanindo.net


JakartaHampir semua hal tentang Korean Pop (K-Pop) menjamur di masyarakat  Indonesia, tapi beberapa bulan belakangan ini eksistensi bintang–bintang papan atas Korea mulai pudar dengan bangkitnya kembali industri musik di Tanah Air.

Menurut pengamat media, Iding R. Hasan, perkembangan K-Pop di Indonesia sangatlah pesat, namun tidak akan bertahan lama. Bahkan ia mengungkapkan sekarang ini mulai terlihat tanda-tanda penurunan.

“Kemunculan boyband dan girlband tidak seheboh dulu. Malah beberapa diantaranya tidak bertahan lama, setidaknya jarang muncul di layar kaca,” ungkapnya.

Pengamat musik ternama Indonesia, Bens Leo juga memberikan pendapat yang serupa dengan Iding bahwa K-Pop tidak akan terus berjaya di Indonesia. Dia mengatakan pada Kapanlagi.com Rabu, 24/10/2012, bahwa K-Pop memang sangat mendunia termasuk di Indonesia. Namun, menurutnya K-Pop tidak akan bertahan lama karena aliran musik K-Pop belum mempunyai karakter yang kuat.

“Kalau ada sesuatu yang karakternya kuat, itu yang bertahan lama. K-Pop belum punya karakter yang kuat,” ujarnya.

Menurut Iding ada beberapa faktor yang menyebabkan K-Pop belakangan ini sudah tidak berjaya seperti dulu lagi yaitu dengan kembali populernya industri musik Indonesia dan menurutnya tentu segala sesuatu tidak akan selamanya berjaya.

“Memang dulu saat K-Pop menjamur, musik Indonesia sangat lesu. Tapi sekarang dengan kemunculan kembali Ariel dengan bandnya NOAH memicu bergairahnya lagi musik pop Indonesia. Faktor lainnya, semua fenomena sosial termasuk musik biasanya mengalami fluktuasi, ada titik jenuh dan sebagainya,” katanya.

Pandangan yang berbeda muncul dari Shellanovia, administrator dan staff dari @KoreanWaveINA. Ia berpendapat bahwa demam Korea atau yang biasa disebut dengan hallyu wave akan terus eksis di Indonesia.

Di tahun 2013, jelas K-Pop masih berjaya dan sepertinya tahun depan juga masih belum redup karena masyarakat Indonesia terlihat masih belum bosan dengan segala hal yang disuguhkan oleh dunia hiburan K-Pop,” ujarnya.

Bila kita ingat-ingat kembali, memang K-Pop bisa dibilang merajai bukan hanya industri musik saja tetapi juga  menjalar sampai  kehidupan sehari-hari dari masyarakat terutama para remaja.

“K-Pop bukan hanya pada musik seperti kemunculan boyband dan girlband, tapi juga model pakaian, rambut, lifestyle, dan sebagainya, “ ujar Iding.

Shellanovia juga mengatakan selain di industri musik, K-Pop juga menjamur hingga ke bidang-bidang yang lain seperti kuliner bahkan sampai ke bidang pendidikan.

“Semenjak budaya Korea mulai menginvasi Indonesia, hampir di tiap mall besar di Indonesia bisa kita jumpai restoran yang menyajikan menu khas Korea sebagai menu utamanya. Sekarang juga banyak dijumpai tempat-tempat kursus bahasa tempat kursus bahasa Korea, padahal sebelumnya hanya bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin yang paling banyak mendominasi dunia kursus bahasa asing di Indonesia,” katanya.

Proses imitasi terhadap K-Pop memang tidak dapat dihindarkan karena masyarakat Indonesia terus-menerus dijejalkan hal-hal berbau K-Pop di media yang mereka konsumsi setiap hari.

Media-media yang mengkhususkan diri untuk menyajikan berita Korea pun telah banyak, membuktikan bahwa Korea memang sedang sangat diminati di Indonesia,” ungkap Shellanovia.

Untuk menanggapi hal ini, Iding mengatakan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh K-Pop ini adalah berupa fenomena budaya di era globalisasi jadi menurutnya itu adalah hal yang biasa dan tentunya hal ini tidak bisa dihindari tinggal bagaimana orang Indonesia memaknainya seperti apa.

“Saya tidak setuju kalau kita cuma ikut-ikutan atau mengimitasi mereka, terinspirasi boleh, tapi jangan mengekor seratus persen,” katanya.

+++

 Gimana? Gimana? Ada kritik? :D

2 comments:

  1. Bagus kok artikelnya,gak kayak di blog ku yang acak acakan :( liat aja artikelnya di djkarya.com atau Jagowap.com ,terutama blog baruku Jejak.info :(

    ReplyDelete